Sabtu, 01 Mei 2021

Pilihan Terbaik Untuk Mencapai Kesuksesan Dunia dan Akhirat

 Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Halo semuanya❤  Apakabar ? Semoga kalian semua dalam keadaan sehat dan senantiasa berada dalam lindungan Allah Swt..

Namaku Sri Widayanti, you can call me “Anti”. Aku Mahasiswi semester 6 Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Al-Multazam Kuningan.

Teman-teman, ada 3 point yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kualitas diri, yaitu spiritual, emosional, dan intelektual. Nah, untuk meningkatkan, mengembangkan dan memiliki itu semua kalian butuh lingkungan yang mendukung ketiga point tadi.

Kampusku-STIQ Al-Multazam, menghadirkan suasana yang religi dengan bernafaskan qurani. Jadi cocok banget nih buat kalian yang mau meningkatkan kualitas diri dengan menghafal Al-Qur’an sambil kuliah. Emang bisa yah ngafal qur’an sambil kuliah? Kan ribet, belum lagi capek ngatur waktu, dll.

Dulu aku juga berpikir kaya gitu loh. Selama menjadi mahasiswa di STIQ Al-Multazam, aku juga gak jarang ko kewalahan ngatur waktu buat ngafal Al-Qur'an dan nugas kuliah, belum lagi kalo jiwa mager udah meronta-ronta hehehe atau istilahnya futur gitu yaa.. Tapi tenang aja teman-teman, balik lagi ke topik diawal bahwa untuk mencapai ketiga point peningkatan kualitas diri itu, lingkungan adalah hal yang sangat penting. Alhamdulillah, karena kita disediakan tempat tinggal atau asrama gitu ya. Jadi kita bisa lebih banyak berintraksi sama mahasiswa yang lain.

Kalo lagi males atau futur, cara Allah negur kita tuh unik banget loh hehehe. Cukup dengan ngeliat teman-teman yang lain belajar atau mendengar bacaan qur’annya mahasiswa lain itu udah nampar banget sih. Potek gitu loh hati kita.. Akhirnya muhasabah diri deh terus kita bisa wake up dan grow up lagi, semangat lagi.

Selain itu, karena kita satu asrama dengan visi dan misi yang sama yaitu menjadi sarjana Ahlul Qur’an. Udah jadi kewajiban dan dorongan dari hati sih buat saling mengingatkan, saling merangkul, seasik itu deh pokoknya. Yakin gakmau join sama kita? Hehehehe

Terus don’t worry juga kalian bakalan gak bisa improve diri kalian di bidang lain, karena di STIQ kita juga diperbolehkan buat join organisasi kampus loh. Keren banget kan, skill leadershipnya bakal keasah banget sih.. terus kita juga boleh banget ikut program-program diluar kampus, dengan catatan izin dan koordinasi dulu ya sama pihak kampus. Jadi kalian gak akan terkekang kok.

STIQ Al-Multazam dengan izin Allah hadir untuk menepis keraguan serta keresahan kalian semua dengan beberapa program yang mendukung serta fasilitas yang memudahkan kalian untuk mencapai mimpi sebagai Sarjana S1 dan Hafidz Al-Qur’an.

To All my beloved brothers and sisters, yang mau menghafal Al-Qur’an sambil kuliah S1. YUK JOIN WITH US! Di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Al-Multazam.

Untuk mengetahui Informasi lebih lanjut terkait STIQ Al-Multazam bisa di akses di link berikut:

Website STIQ Al-Multazam : stiq-almultazam.ac.id

Youtube STIQ Al-Multazam : www.youtube.com/stiqalmultazamofficial

PMB STIQ Al-Multazam : stiqalmultazam.siakad.net/pmb


STIQ Al-Multazam..... Sarjana Ahlul Qur’an dari Kuningan Untuk Dunia.....


DOKUMENTASI KEGIATAN

STIQ AL-MULTAZAM KUNINGAN



Orientasi Pengenalan Kampus dan Mahasiswa (ORINAKA)


Tahsin dan Tahfidz Al-Qur'an Mahasiswa


Tahsin dan Tahfidz Dosen STIQ AM


Peringatan Hari Besar Nasional


Peringatan Hari Besar Islam


Stadium General


Stadium General Pengambilan Sanad Kitab Tuhfatul Athfal


Santunan dan Buka Bersama Anak Yatim (BEM STIQAM)


Apresiasi Seni


Perpustakaan STIQ Al-Multazam


Musabaqoh Hifdzil Qur'an


Kuliah Kerja Nyata


Partisipasi Delegasi Program International Youth Leader - Brunei Darussalam


Paduan Suara 'Miracle Voice'

Selasa, 08 Desember 2020

ATHA BIN ABI RABAH - DENGAN ILMU PARA BUDAK BISA MELAMPAUI DERAJAT PARA RAJA.


Ketika mendengar kata ‘seorang budak’ tentunya kebanyakan dari kita pikirannya akan terarahkan kepada keadaan yang miris, pengendalian diri secara paksa, kebebasan hidup yang dirampas, dan hal-hal lainnya yang terkesan mengenaskan dan penuh rasa iba. Namun kembali lagi kepada fitrah kita sebagai manusia, bahwa kita diciptakan sebagai sebaik-baiknya makhluk. Seperti halnya tersebut dalam firman Allah Swt. yang artinya,

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya”. [Q.S. At-Tin ayat 4]

 Maka dari itu, tidak lantas semua yang menjadi budak akan hina. Karena tak jarang pula diantara mereka yang justru keimanannya melebihi orang-orang merdeka. Salah satu diantaranya adalah, Atha bin Abi Rabah. Ia dilahirkan pada pertengahan masa pemerintahan Utsman dan menjadi salah satu mufassir dari kalangan tabi’in. Keimanan dan semangatnya dalam menuntut ilmu menjadikannya mulia. Inilah yang Allah janjikan dalam ayat-Nya yang artinya,

“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.” [Q.S. Al-Mujadalah ayat 11]

Tatkala Allah Swt. telah berkehendak untuk memilih dan memuliakan hamba-Nya dengan ilmu, maka tidak ada seorang pun yang mampu mencegahnya. Dengannya pula Allah memuliakan hamba-Nya betapapun statusnya dalam pandangan manusia adalah hina.

 Pada tulisan ini saya ‘Sri Widayanti’ Mahasiswi semester 5 Sekolah Tinggi Al-Qur’an Al-Multazam Kuningan akan menuliskan biografi Atha bin Abi Rabah salah satu mufassir ternama di kalangan tabi’in. Tulisan ini dimuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manahij Al-Mufassirin, juga sebagai sarana berbagi ilmu kepada pembaca yang dirahmati Allah Swt..

ATHA BIN ABI RABAH

Atha bin Abi Rabah kunyahnya adalah Abu Muhammad Al-Makki. Ayahnya dikenal dengan Abu Rabah Aswadan, nama aslinya Aslam dan ibunya bernama Barokah. Ia dilahirkan di sebuah desa di negeri Yaman yang bernama Al-Janad pada tahun 653 M / 27 H. Dan wafat pada tahun 741 M / 115 H pada usia 88 tahun.

Atha bin Abi Rabah adalah seorang yang berkulit hitam dan berambut keriting. Semasa di Mekkah, ia menjadi budak dari seorang wanita yang bernama Habibah binti Maisarah bin Abi Hutsaim. Ia membagi waktunya menjadi tiga bagian. Bagian yang pertama, ia membagi waktunya dengan memenuhi hak-hak dari majikannya. Kemudian, ia membagi waktunya dengan Rabbnya. Tenggelam dalam kekhusyukan beribadah dan ikhlas karena Rabbnya. Dan terakhir, ia membagi waktunya dengan ilmu. Ketika sang tuan melihat budaknya ini mempunyai semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu dan berkhidmat kepada agama Allah, maka ia pun berinisiatif untuk membebaskannya dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi kaum muslimin.

ATHA BIN ABI RABAH SETELAH MERDEKA

Setelah merdeka, Atha tak menyia-nyiakan umurnya. Ia mencurahkan segenap jiwa dan raganya untuk beribadah kepada Allah Swt.. Hari-harinya ia isi dengan menuntut ilmu agama. Waktunya bersama ilmu, ia gunakan dengan cara mendatangi sahabat-sahabat Nabi yang masih hidup untuk meneguk telaga ilmu yang luas dari mereka. Ia belajar di Madrasah Mekkah yang digawangi oleh Abdullah bin Abbas. Namun, ia tidak hanya berguru kepada Ibnu Abbas, diantara gurunya adalah Ibn Amr, Abdullah bin Umar, dan para sahabat lainnya namun hanya di sekitar Mekkah saja. Diantara muridnya adalah Ya’kub, Abu Ishaq, Mujahid, Al-Zuhri, Ayub al-Sukhtiyani, Abu al-Zubair, Al-Hakam bin ‘Utaibah, Ibnu Juraij, ‘Amr bin Dinar, dan masih banyak lagi.

Ketekunannya dalam menuntut ilmu menjadikannya salah satu mufassir dari kalangan tabi’in dari Madrasah Mekkah, bersamaan dengan Said bin Jubair, Mujahid in Jabr, Ikrimah Maula Ibnu Abbas, dan Tawus bin Kaisan Al-Yamany yang ketika itu berguru kepada Ibnu Abbas. Adapun Sumber penafsiran pada Masa Tabi’in, yaitu:

1.      Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad saw.

2.      Pendapat Sahabat

3.      Ijtihad Tabi’in

4.      Informasi dari Ahli kitab yang bersumber dari kitab-kitab suci

Secara garis besar ada dua sikap ulama terhadap penafsiran tabi’in, yaitu ada yang menerima dan menolak. Alasan ulama menolak adalah tidak ada kemungkinan seorang tabi’in mendengar langsung dari Rosulullah saw., berbeda dengan penafsiran sahabat yang bisa jadi ia mendengarnya dari Rosulullah saw.. Selain itu, karena mereka tidak menyaksikan berbagai kondisi yang melingkupi turunnya Al-Qur’an, sehingga bisa jadi mereka salah dalam memahami maksud dan menduga sesuatu yang bukan dalil sebagai dalil. Selain itu, status adil para tabi’in tidak dinaskan, berbeda dengan status adil para sahabat. Namun, mayoritas ulama berpendapat bahwa uzapan tabi’in dalam bidang tafsir itu dapat diterima sebagai acuan karena para tabi’in itu menukil sebagian besar penafsiran mereka dari para sahabat.

Keluasan ilmu Atha bin Abi Rabah tidak hanya menjadikannya sebagai mufhti dan mufassir, namun beliau juga meriwayatkan beberapa hadits. Kualitas Atha bin Abi Rabah dalam meriwayatkan hadits dapat di lihat dari pendapat-pendapat ulama hadits berikut; Al-Dibaj berkata: “Aku tidak melihat seorang mufti yang lebih baik dari Atha.” Yahya bin Said dari Ibnu Juraij berkata: “Atha adalah orang yang paling baik sholatnya.”

Adapun Ali bin Al-Madani pun berkata: “Aku lebih suka risalahnya Mujahid dari pada risalahnya Atha karena ia mengambil segala macam bentuk dan ia tidak meriwayatkan dari Ibnu Umar walau Atha melihatnya.” Al-Fadl bin Ziad dari Ahmad: “Risalah Siad bin Musayyab sahih, risalah Ibrahim la ba’sa bih, dan tidak ada risalah yang lebih dha’if dibanding risalah Al-Hasan dan Atha bin Abi Rabah. Karena keduanya mengambil dari setiap orang.” Ibnu Hibban dalam kitab Tsiqqatsnya: “Dia adalah Tabi’in yang faqih, berilmu, wara’, dan punya keutamaan, namun tidaklah shahih sima’nya (pendengarannya) dari Abu Darda’ dan Al-Fadl bin Abbas.”

Dalam kualitas sanad hadits, jarh wa ta’dil Atha bin Abi Rabah : Al-Fadl bin Ziad  = dha’if. Dan Ibnu Hibban = la yassihu sima’uhu.

Demikianlah kualitas Atha bin Abi Rabah, meskipun ada beberapa orang yang mengatakan beliau mufhti yang baik dan ahli sholat, namun tak sedikit yang mengatakan bahwa beliau tidak mendengar langsung dalam periwayatan hadits termasuk Ibnu Umar.

PERANGAI MULIA ATHA BIN ABI RABAH

Terlepas dari pandangan ulama terhadap periwayatan dan penafsiran Atha bin Abi Rabah. Kedudukannya yang tinggi dan mulia tidak membuatnya terpana dan pongah, ia tetap mengenal dan sadar akan hakikat dirinya sebagai hamba Allah Swt..

Didalam buku Shuwaru Min Hayah At-Tabi’in yang ditulis oleh Dr. Abdurrahman Raf’at Basya, dituliskan bahwa Atha bin Abi Rabah mencapai puncak dalam hal agama dan ilmu karena dua hal, yaitu:

Pertama, ia mampu mengendalikan jiwanya dari hawa nafsu, sehingga ia tidak memberikan peluang untuk sibuk dalam urusan yang tidak berguna baginya.

Kedua, ia mampu memanage waktunya, sehingga tidak membuangnya secara sia-sia, seperti bermain dan berbicara yang tidak perlu, maupun perbuatan tak berguna lainnya.

HIKMAH

Banyak sekali hikmah yang dapat digali dari kisah seorang Atha bin Abi Rabah perihal pentingnya menuntut ilmu. Seorang Atha bin Abi Rabah adalah sosok yang layak kita jadikan figur, bahwa dengan ilmu derajat kita satu tingkat lebih tinggi daripada manusia lainnya.

Dengan ilmu pula, Allah mudahkan jalan bagi kita ke surga, seperti hadits Rosulullah saw.:

ومن سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا الى الجنة

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” [HR. Muslim, no. 2699]

Maka dari itu, dengan adanya kisah Atha  bin Abi Rabah yang Allah naikkan derajatnya karena ilmu, semoga kita pun termotivasi dengan kisah beliau dan semakin giat menuntut ilmu.

Benar apa yang dikatakan Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik saat itu, bahwa dengan ilmu, rakyat bisa menjadi terhormat. Dan dengan ilmu pula, para budak bisa melampaui derajat para raja.

Pilihan Terbaik Untuk Mencapai Kesuksesan Dunia dan Akhirat

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Halo semuanya❤    Apakabar ?  Semoga kalian semua dalam keadaan sehat dan senantiasa berada ...